KROMATOGRAFI
A. Judul
Percobaan
Percobaan
ini berjudul “Kromatografi Kolom dan Lapis Tipis”.
B Tujuan
Percobaan
Pada
akhir ercobaan mahasiswa harus mengerti mengenai:
1. Teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan
kromatografi lapis tipis
2. Prinsip dasar dari kromatografi
3. Prinsip dasar dari
pengaruh substituen terhadap substitusi elektrofil pada senyawa aromatic
C. Landasan
Teori
Kromatografi
adalah prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-komponen berdasarkan
perrbedaan kecepetan migrasi masing-masing komponen diantara dua fasaa yaitu
fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kecepatan perpindahan tersebut dapat
disebabkan oleh perbedaan kemampuan masing-masing komponen untuk diserap
(adsorpsi) atau perbedaan distribusi diantara dua fase yang tidak saling
bercampur ( partisi). Pemisahan suatu campuran secara kromatografi dapat
dilakukan dengan mengikuti beberapa teknik kromatografi yaitu kromatografi
kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis (TLC). Kedua teknik
terakhir dapat dianggap sebagai teknik terbuka dari kromatografi kolom.
(Tim Dosen Kimia Organik, 2010: 39).
Pada
fenol, gugus OH mengaktifkan cincin benzene. Oleh karena itu pada nitrasi fenol
dengan asam nitrat pekat, dihasilkan campuran yang dihasilkan dari
o-nitrofenolsebagai hasil utama, p-nitrofenol dalam jumlah yang lebih sedikit
dan sedikit 2,4-dinitrofenol serta2,4,6-trinetrofenol. Bila campuran hasil nitrasi
yang masih kotor ini di masukkan kedalam kolom yang berisi alumina (Al2O3) dan
dielusi dengan metilen klorida, maka fraksi-fraksi eluen dapat dikumpulkan,
dimana masing-masing fraksi mengandung satu komponen yang identitasnya
ditentukan dengan kromatografi lapis tipis.
(Tim Dosen Kimia Organik, 2010: 49).
Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) dan kromatografi kertas (KKt) adalh metode kromatografi lapis
cair yang paling sederhana hakikatnya
KLT melibatkan dua peubah: sifat fase diam atau sifat lapisan, dan sifat
fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk
halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau
berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair).
(Fasa diam pada KLT sering disebut penjera, walaupun berfungsi sebagai
penyangga untuk zat cair di dalam system kromatografi cair-cair). Hampir segala
macam serbuk dapat dan telah dipakai sebagai penjerap pada KLT, tetapi kita
akan membatasi pembahasan kita pada empat penjerap yang paling umum dipakai:
silica gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah
diatome), dan selulosa (Gritter, 1991:
107-109)
Kromatografi
lapis tipis mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kertas digantikan dengan
lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapis tipis adsorben seperti
alumina, silica gel, selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis
lebih bersifat reprodesibel (bersifat boleh ulang) daripad kromatografi kertas
(Drs. Soebagio dkk, 2000: 58)
Kromatografi
kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal ditemukan. Ditinjau dari
mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi terapan atau adsorpsi
berdasarkan jenis fasa yang digunakan. Fasa diam berupa adsorben yang tidak
boleh larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam harus seragam. Zat
pengotor yang terdapat pada fasa diam
dapat menyebabkan adsorpsi tidak reversible. Sebagai fasa diam dapat
digunakan alumina, silica gel, arang,
bauksit, magnesium kerbonat, talk, pati, sekilator, gula, dan tanah diatome.
Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dlakukan dengan cara kering dan cara
basah. Fasa gerak pada kromatografi kolom dapat berupa pelarut tunggal atau
campuran beberapa pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat berupa pelarut
polar dan pelarut non polar. Umumnya senyawa non polar dengan berat molekul
kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam (Drs. Soebagio, dkk. 2000: 81-82).
Kromatografi
adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi,
komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase, yaitu fase diam dan
fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan
melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam
akan tertinggal. Sedangkan fase yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak
lebih cepat. Kromatografi kolom bertujuan untuk purifikasi dan isolasi komponen
dari suatu campurannya (Anonim A, 2010)
Kromatografi kolom menunjukan adanya prinsip
yang sama yang digunakan dalam kromatogtafi lapis tipis yang dapat diterapkan
pada skala besar pada pemisahan campuran. Kromatografi sering kali digunakan
untuk pemurnian senyawa di leboraturium. Berbagai ukuran kolom dapat digunakan dimana
hal utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima
sampel-sampel tanpa mealui fase diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum
bahwa panjang kolom harus sekurang- kurangnya 10 kali ukuran diameternya. Jika
kita mempunyai kolom dengan panjang 20 cm, dan diameternya 1 atau 2 cm. Bahan
pengemasnya suatu adsorben seperti alumina atau resin penukar ion, dimasukkan dalam bentuk
suspense kedalam porsi fasa bergerak dan
dibiarkan diam dalam komponen basa dengan sedikit cairan (Anonim B, 2010)
Kromatografi
lapis tipis merupakan salah satu kromatografi yang berdasarkan adsorpsi,
tahapan analisis dengan kromatografi lapis tipis sama pada kromatgrafi kertas
adalah waktu alusi yang relative lebih pendek dan dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif. Kromatografi lapis tipis menunjukkan berbagai gerakan
pelerut, pelarut bergerak ke atas melalui lapisan, menguap dari lapisan sebelah
bawah garis pelarut dan terserap oleh lapisan disebelah atas garis depan.
Kelebihan kromatografi tipis yang lain adalah pemakaian pelarut dan cuplikan
yang jumlahnya sedikit, kemungkinan penotolan cuplikan berganda dan tersedianya berbagai metode
seperti KCP, KCC dan kromatografekslusi (Anonim C, 2010)
D.Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Erlenmeyer 50 ml, 2 buah
b. Erlenmeyer 100 ml, 1 buah
c. Gelas ukur 10 ml, 2 buah
d. Gelas kimia 50 ml, 8 buah
e. Gelas kimia 100 ml,2 buah
f. Batang pengaduk, 1 buah
g. Termometer 500C, 1 buah
h. Corong pisah, 1 buah
i.
Sendok panjang, 1
buah
j.
Botol semprot, 1 buah
k. Pipet tetes
l.
Kaki tiga
m. Bunsen dan kasa asbes
2.
Bahan
a. Asam nitrat(HNO3)
b. Fenol
c. Metilen klorida
d. Natrium sulfat anhidrat (Na2SO4)
e. Kristal iodium
f. Silika gel TLC
g. Pelat KLT
h. Aquades
i.
Tissue
j.
Kapas
k. Korek api
l.
Es batu
E. Prosedur
Kerja
1.
Nitrasi Fenol
a. Memasukkan 3 ml HNO3 pekat ke dalam 7 ml air,
mendinginkan sampai 5°c
b. Menambahkan campuran ini kepada 3 gram fenol di dalam
Erlenmeyer
c. Sambil mengaduk, mengatur suhu campuran antara 20-25C selama 15 menit, kemudian
antara 30-35C selama 15 menit
d. Menambahkan 7 ml air es lalu mengekstrak dua kali
dengan masing-masing dengan 10 ml metilen klorida.
e. Mencuci lapisan-lapisan organic yang telah digabung
dua kali dengan air
f. Mengeringkan dengan natrium sulfat anhidrat
g. Menyaring campuran untuk memperoleh hasil untuk nitrasi
fenol
2.
Pembuatan Kromatografi Kolom
a. Menyiapkan pipet tetes yang berisi penyumbat kapas dan
selapis pasir bersih, dan mengisi ke dalamnya metilen klorida
b. Menuangkan perlahan-lahan alumina ke dalam pipet.
Menambahkan pula selapis pasir bersih, menurunkan pelarut hingga mencapai permukaan
alumina dalam pipet
c. Seluruh campuran reaksi nitrasi nitrasi di atas, yang
dilarutkan dalam sedikit metilen klorida, menuangkan di atas permukaan alumina
d. Melakukan elusi dengan metilen klorida
e. Mengatur pengeluaran metilen klorida dengan teratur
f. Satu pita kuning akan terlihat dengan jelas bila
campuran bergerak menuruni pipet
g. Bila tetes-tetes kuning sudah mulai keluar dari kolom,
memulai menampung fraksi-fraksi eluen
3.
Pemeriksaan Lapisan Tipis
a. Masing-masing frasi yang diperoleh di atas diteteskan
pada plat-plat lapistipis silica gel
b. Menempatkan plat lapis tipis yang telah ditetesi
fraksi tersebut secara berdiri dalam gelas kimia yang telah berisi benzene
setinggi kira-kira 1cm, lalu mengelusi dengan benzene
c. Tetesan noda awal jangan sampai terendam
d. Setelah selesaimengelusi, kemudian mengeringkan di
udara dan bercak-bercak noda hasil pemisahan dapat dlihat setelah plat disimpan
dalam botol yang berisi uap iodium jenuh
e. Menentukan harga Rf dari noda-noda yang diperoleh
f. Harga Rf standar o-nitrofenol=0,9: p-nitrofenol=0,4:
2,4-dinitrofenol=0,2, dan 2,4,6-trinitrofenol=0,05
F. Hasil
Pengamatan
1. Nitrasi fenol.
Sampai
5°c
20-25°c
30-35°c
15 menit corong pisah
Metilen klorida Metilen
klorida
2. Kromatografi kolom.
Pipet tetes berisi penyumbat kapas + selapis pasir
bersih + metilen klorida + silica gel + selapis pasir bersih + sedikit metilen
klorida + nitrasi fenol
3. Kromatografi lapis tipis.
a) u/ fraksi 1 ( coklat )
jarak
noda : 1,9 cm
jarak
benzena : 3,7 cm
b) u/ fraksi 2 ( merah tua )
jarak
noda : 1,1 cm
jarak
benzena : 3,7 cm
c) u/ fraksi 3 ( orange )
jarak
noda : 1,2 cm
jarak
benzena : 3,7 cm
d) u/ fraksi 4.
Jarak noda : 0,3 cm
Jarak benzena : 3,7 cm
Rf =
G. Pembahasan
Dalam
percobaan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis , terdiri atas tiga
langkah umum, yaitu nitrasi fenol. Pembuatan kromatografi kolom, dan pengujian
kromatografi lapis tipis.
Pada
nitrasi fenol digunakan asam nitrat pekat (HNO3) yang berwarna bening kemudian
ditambahkan dengan air menghasilkan larutan bening yang panas. Ini disebabkan
dari pengaruh HNO3 pekat. Kemudian larutan bening ini didinginkan sampai 5C.
Karena hanya pada suhu ini diperoleh nitrasi fenol. Setelah suhunya sampai 5C,
larutan bening ditambahkan fenol padat dan berwarna putih dan menghasilkan
larutan yang berwarna cokelat. Kemudian suhu dari campuran diatur yaitu 20-25C
dengan cara mendinginkan selama 15 menit dan diperoleh suhu akhir yaitu 22C.
Kemudian suhu campuran ini kemudian diatur
yaitu antaraemudian suhu campuran ini kemudian diatur yaitu antara0-35C dengan cara dipanaskan
selama 15 menit dan diperoleh suhu akhir yaitu 34C. Tujuan dari pengaturan suhu
campuran ini yaitu hanya pada suhu kisaran ini sehingga dapat diperoleh nitrasi
fenol. Lalu campuran ini dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian ditambahkan
air dan metilen klorida lalu diekstrak hingga terbentuk 2 lapisan, yaitu
lapisan fenol bagia atas, dan lapisn metilen klorida bagian bawah. Terbentuknya
dua lapisan ini disebabkan karena perbedaan massa jenis dari fenol dan metilen
klorida. Lalu membuang lapisan bawah, yaitu metilen klorida. Kemudian diekstrak
lagi dengan metilen klorida dan air, dan membuang lapisan bawah, yaitu lapisan
metilen klorida dan menghasilkan larutan atau campuran berwarna cokelat.
Kemudian larutan cokelat ini ditamnahkan dengan Na2SO4 anhidrat untuk mengikat
air yang masih ada dalam larutan yang menghasilkan larutan berwarna cokelat
muda. Kemudian larutan ini disaring untuk memperoleh hasil nitrasi fenol yang
berwarna merah muda.
Untuk
membuat kromatografi kolom digunakan pipet tetes sebagai pengganti kolom. Pipet
tersebut diisi penyumbat kapas sebagai penahan dan ditambahkan selapis pasir
bersih, metile klorida, silica gel sebagai fase diam, selapis pasir bersih, dan
sedikit metilen klorida serta ninrasi fenol yang telah diperoleh tadi. Kemudian
satu pita kuning akan terlihat jelas lalu fraksi-fraksi eluen ditampung
sehingga diperoleh 4 fraksi, yaitu fraksi 1 berwarna cokelat, fraksi II
berwarna merah tua, fraksi III berwarna orange, fraksi IV diperoleh warna
merahpudar.
Untuk
pengujian kromatografi lapis tipis, digunakan empat fraksi tadi yang kemudian
diteteskan pada plat tetes lalu ditempatkan pada benzena sehingga keempat
fraksi tersebut merambat. Setelah itu, untuk melihat bercak-bercak noda
tersebut kemudian ditempatkan pada botol yang berisi iodium jenuh. Kemudian
menentukan nilai Rf. Adapun harga Rf yang diperoleh yaitu untuk fraksi 1-4
berturut-turut adalah 0,51 , 0.29 , 0,3 , dan 0,08.
NO2
NO2 NO2
H. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Kromatografi
adalah prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-komponen berdasarkan
perbedaan kecepatan perpindahan masing-masing komponen di antara dua fasa,
yaitu fasa gerak dan fasa diam.
2. Pada kromatografi
kolom diperoleh empat fraksi yang masing-masing berwarna cokelat, merah tua,
orange, dan merah pudar.
3. Dari pengujian
kromatografi lapis tipis dihasilkan campuran yang terdiri dari p-nitrofenol,
2,4- dinitrofenol, dan 2,4,6- trinitrofenol
I. Saran
1. Berhati-hatilah dalam praktikum
2. Sebaiknya menggunakan masker
3. Pada percobaan
ini, perlu memperhatikan suhu agar diperoleh hasil yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
A. 2010. Kromatografi. http: // id. Wikipedia. Org/ wiki/ kromatografi.
Diakses pada tanggal 21 April 2010
Anonim
B. 2010. Kromatografi Kolom. http: // wiropharmacy. Blogspot.
com/ 2009/ 10/ kuliah- kromatografi kolom- bagian- 1. Html. Diakses pada tanggal 21 April 2010
Anonim
C. 2010. Kromatografi Lapis Tipis. http: // www. Blogpribadi.com/ 2010/
02/ kromatografi- lapis- tipis. Html. Diakses
pada tanggal 21 April 2010
Gritter,
J. Roy. 1991. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung:
ITB
Soebagio,
Drs, dkk, 2000. Kimia Analitik II. Surabaya: Universitas Negeri Malang
Tim
Dosen Kimia Organik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik 1. Makassar: UNM
LAMPIRAN
1. Dengan memperhatikan nilai Rf dari turunan fenol di
atas dan mengetahui pula prinsip kromatografi lapis tipis adalah partisi,
bagaimana urutan kepolaran fraksi fenol di atas? Ingat, benzene digunakan sebagai
pelarut
Jawab: Urutan kepolaran fraksi fenol dengan
memperhatikan nilai Rf-nya, maka yang paling polar adalah 0- nitrofenol.
2. Sarankan untuk suatu teknik penggunaan kromatografi
lapis tipis untuk memperoleh senyawa murni (preparatif)!
Jawab: Salah satu untuk memperoleh senyawa murni
adalah melalui teknik penggunaan
kromatografi adalah pelarut-pelarut yang digunakan sebaiknya mempunyai kemurnian yang tinggi karena terdapatnya zat
pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatografi yang diinginkan.
Label: kolom, kromatografi. organic, lapis tipis, praktikum kromatografi kolom, praktikum kromatografi lapis tipis
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda