Teknik Pemurnian
A. Judul
Percobaan
“Teknik
Pemurnian”
B. Tujuan
Percobaan
Pada
akhir percobaan mahasiswa diharapkan
mampu memahami dan terampil dalam:
1. Melakukan destilasi untuk pemisahan dan pemurnian
2. Mengkalibrasi dan mengoreksi pembacaan thermometer
3. Merangkai peeralatan destilasi terfraksi dan destilasi
vakum
4. Memisahkan campuran azeotrop
5. Melakukan rekristalisasi dengan baik
6. Memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
7. Menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
8. Membaca titik leleh pada thermometer
9. Membedakan campuran dari senyawa murni dari senyawa
titik lelehnya.
C. Landasan
Teori
Destilasi
pertama kali ditemukan oleh kimiawan yunani sekitar abad pertama masehi yang
akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginyapermintaan akan
spiritus. Hypathia dari Alexanderia dipercaya telah menemukan rangkaian alat
untuk destilasi pada sekitar abad ke-4. Bentuk modern destilasi pertama kali
dtemukan oleh ahli-ahli kimiapada kekhalifaan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi
pada pemisahan alcohol menjadi senyawa yang relative murni melalui alat
alembik.(Anonim,2010)
Dasar
pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada tekanan
tertentu. Pemisahan dengan destilsi melibatkan penguapan diferensial dari suatu
campurancairan diikuti dengan penampungan material yang menguap dengan cara
pendinginan dan pengembunan. Beberapa teknik destilasi lebih cocok untuk
pekerjaan-pekerjaan preparative dilaboratorium dan industri. Sebagai contoh
adalah pemurnian alcohol, pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-fraksinya , pembuatan
minyak atsiri dan sebaganya (Soebagio dkk: 2000:24)
Dalam
proses destilasi terkadang terdapat gangguan sehingga hasil destilasi tidak
maksimal. Salah satunya adalah azeotrop, merupakn campuran dua atau lebih
komponen yang memiliki titik didih konstan. Komposisi dari azeotrop tetap
konstan dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan
total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrp berubah. Sebagai
akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus tetap
konstan dalam interval suhu dan tekanan tetapi lebih ke campuran yang
dihasilkan dari saling mempengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam
larutan. Azeotrop dapat didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut
tertentu, misalnya penambahan benzene atau toluene untuk memisahkan air. Air
dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap
Dean Sterk, air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut akan
kebali ke campuran dan memisahkan air lagi. (Anonim,2010)
Ada beberapa macam jenis-jenis destilasi
salah satunya adala destilasi bertingkat (fraksionasi).Salah satu campuran yang
dipisahkan dengan cara isi adalah etanol dan air. Titik didih air dan etanol
masing-masing adalah 78C dan 100C. Larutan dipanaskan pada suhu sekitar78C
hingga mendidih dan menguap. Uap yang ada dalam labu terdiri dari uap etanol
bercampur dengan sedikit uap air. Kemudian campuran uap tersebut naik ke kolom
fraksinasi dan menentuh plat paling bawah. Disana terjadi pengembunan dan
sebagian tetesan-tetesan air turun kembali kedalam labu. Sedangkan etanol
yangtitik didihnya lebih rendah mendidih kembali.. Akibatnya, terbentuk uap
etanol yang lebih murnidan naik ke plat berikutnya, peristiwa berikut terus
berulang sampai pada plat terakhir, sehingga dihasilkan uap etanol yang lebih
murni. Akhirnya uap etanol masuk ke dalam kondensor dan mengembang menjadi
tetes-tetes etanol yang ditampung dalam satu wadah. Jika semua alcohol
didestilasi keluar, suhu yang terbaca pada thermometer segera naik menuju 100C.
Hal ini menandakan bahwa uap air telah naik ke kondensor dan segera menetes.
Tetesan air ini dapat ditampung dalam wadah yang lain. (Goldberg, 2004:47-48).
Menurut
Anonim (2010), terdapat beberapa defenisi tentang rekristalisasi, yang
merupakan salah satu teknik pemurnian selain destilasi:
1) Suatu proses
dimana butir logam yang terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang tidak
terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termaksud di dalamnya.
2) Perubahan struktur Kristal akibat pemanasan pada
suhu kritis
3) Terbentuknya
struktur butiran baru melalui tumbunya inti dengan pemanasan. Besarnya suhu
rekristalisasi adalah setengah sampai dengan sepertiga dari suhu logam.
Kristal
adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat
padat seperti garam, kuorsa, dan salju ada dalam bentuk jelas-jelas simetris,
telah lama para ilmuwan menduga bahwa para atom, ion ataupun molekul zat padat
ini mempunyai atau juga tersusun secara simetris. Oleh karena itu
rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak
digunakan, dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian
dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut
tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impurity biasanya lebih
kecil dari konsentrasi zat-zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi
impurity yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi
tinggi akan mengendap. (Anonim,2010)
D. Alat dan
Bahan
Alat Destilasi
1. 1 set alat destilasi Rekristalisasi
1. Corong tak bertangkai 0,5 cm
2. Corong Buchner
3. Labu erlenmeyer (2 buah)
4. Labu isap 150 ml
5. Gelas piala 100 ml
6. Labu semprot
7. Pembakar spiritus
8. Gelas ukur 25 ml
9. Kasa asbes dan kaki tiga
10. Penjepit kayu
11. Pengaduk
12. Tabung reaksi besar
Penentuan titik leleh
1. Alat thiele
2. Blok logam
3. Alat kafler
4. Pipa kapiler
5. Termometer 0-310C
6. Labu semprot
7. Pembakar spiritus
Kalibrasi Termometer
1. Termometer 100C
2. Gelas kimia
3. Pembakar spiritus
1. b. Bahan
Destilasi
1. Etanol 95%
2. Air
3. Tissue
Rekristalisasi
1. Kertas saring whatman
2. Asam benzoate
3. Aquades
Penentuan titik leleh
1. Perafin
2. Urea
3. Asetanida
4. Asam benzoate
5. Asam sinamat
Kalibrasi thermometer
1. Air es
2. Air mendidih
E. Cara Kerja
a.
Kalibrasi Termometer
1. Titik nol thermometer dites dengan cara thermometer
dimasukkan dalam campuran ai es yang diaduk homogeny sampai mencapai titik 0°C.
2. Titik 100 termometer dites, dengan cara thermometer
dimasukkan dalam air yang dipanaskan sampai mendidih hingga mencapai titik 100°C.
b.
Destilasi Biasa
1. Mengisi labu destilasi dengan campuran 20 ml etanol
95% dan 20 ml air
2. Melakukan destilasi, dan mencatat suhu serta volume
hasil destilasi
c.
Rekristalisasi
1. Dimasukkan ke dalam gelas kimia 1 gram Kristal asam
benzoat dan 1 ml aquades
2. Mengaduk campuran dan memanaskan di atas pembakar
Bunsen hingga mendidih
3. Sambil dipanaskan, menambahkan 1 ml aquades hingga
volumenya mencapai 25 ml
4. Setelah larut, selagi panas disaring pada corong
Buchner yang telah dilengkapi engan kertas saring whatman
5. Mendinginkan kemudian menyaringnya kembali
d. Penentuan titik leleh
1. Tabung kapiler disiapkan dengan cara dipanaskan salah
satu lubangnya hingga tertutup
2. Ke dalam tabung kapiler yang berbeda, masing-masing
dimasukkan urea dan asam benzoate
3. Ke dua tabung kapiler tersebut dimasukkan dalam blok
logam pada alat thiele dan trayek leleh
ke dua zat tersebut dicatat
4. Campuran asam benzoate dan urea dibuat dengan
perbandingan 1:4, 1:1, dan 4:1
5. Campuran dihomogenkan dengan cara dicampur lalu
dimasukkan ke dalam tabung kapiler dan
dicatat trayek leleh ketiga campuran tersebut
6. Zat uknown yang diberikan asisten dimasukkan ke dalam
tabung kapiler dan ditentukan titik lelehnya
F. Hasil
Pengamatan
1. Kalibrasi Termometer
Mengecek termometer
pada air es
0°c
Mengecek termometer
pada air mendidih
100°c
2. Destilasi.
78°c
3. Penentuan titik leleh,
Urea =
129-130°c
Sinamat =
129-130°c
Sinamat : Urea
4 : 1 = 108-113°c
Sinamat : Urea
1 : 4 = 113-119°c
Sinamat : Urea
1 : 1 = 100- 108°c
Zat Unknown = 118-122°c
4. Rekristalisasi.
( penambahan
1 ml H2O terus menerus sampai volume 25 ml sambil dipanaskan )
Corong bucher
G. Analisis Data
Rekristalisasi
Massa sebelum rekristalisasi = 1 gram
Massa setelah rekristalisasi = 1,8 gram
%
rendamen asam Benzoat =
H. Pembahasan
Pada
percobaan ini, dilakukan kalibrasi pada thermometer yang akan digunakan. Hal
ini dimaksudkan agar thermometer yang digunakan untuk percobaan-percobaan
selanjutnya sesuai dengan standar pengukuran yang ditetapkan. Dengan kalibrasi,
bisa diketahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan
harga yang ditunjukkan oleh alat ukur. Dalam percobaan diperoleh hasil
kalibrasi yang sesuai dengan standar pengukuran untuk thermometer. Dimana hasil
percobaan yang diperoleh untuk titik nol thermometer = 0°C, dan untuk titik nol
thermometer =100°C
Destilasi
Pada
percobaan ini, dilakukan pemisahan atau pemurnian suatu senyawa campuran antara
etanol dan air. Dasar pemisahan atau pemurnian dalam proses destilasi ialah
perbedaan titik didih campuran pada tekanan tertentu, yang dimana titik didih
etanol adalah 78°C dan air sebesar 100°C. Disaat melakukan pemanasan
ditambahkan batu didih untuk mengurangi adanya letupan-letupan akibat
pemanasan, letupan dapat dikurangi karena adanya pori-pori kecil dari batu
didih sehingga gelombang yang keluar saat pemanasan itu kecil.
Pada proses destilasi yang dilakukan
larutan mendidih pada suhu 78°C, yang akan menguap pada suhu ini adalah etanol
karena titik didih adalah 78°C. Uapnya kemudian melewati kondensor yang
berfungsi sebagai pendingin sehingga diperoleh destilat dalam bentuk cairan.
Destilat yang diperoleh pada percobaan sebesar 14 ml (etanol), yang dimana pada
proses destilasi suhu dijaga atau diaur agar konstan pada suhu 78°C, karena
jika berlebih yang keluar sebagai destilat bukanlah etanol tetapi campuran air
dan etanol.
Rekristalisasi
Dalam
pecobaan ini, digunakan 1 gram asam benzoate dalam wujud padat (kristal),
kemudian dilarutkan dalam 1 ml aquades kemudian dipanaskan sampai Kristal
benar-benar larut. Saat pemanasan dilakukan penambahan 1 ml aquades hingga
volumenya 25 ml bertujuan juga agar Kristal asam benzoate dapat larut sempurna.
Kemudian disaring dengan menggunakan corong Buchner selagi panas untuk
memisahkan partikel yang tidak larut, penggunaan corong buchaner yang
dilengkapi kertas whatman lebih praktis dan efisien serta dengan alat hisap,
sehingga waktu yang digunakan lebih
sedikit, kemudian setyelah itu mendinginkan larutan sehingga diperoleh Kristal.
Setelah menjadi Kristal disaring lagi untuk memisahkan zat terlarut yang
menyertainya, dan setelah disaring kemudian dikeringkan dan ditimbang. Hasil
yang diperolh pada percobaan ini sebesar 1,8 gram tentunya hasil ini tidak
sesuai dengan teori, bukannya memisahan zat pengotornya tapi membuatnya
bertambah tidak murni. Ada beberapa hal yang menyebabkan ini:
1. Jauhnya lokasi atau sulitnya dijangkau tempat untuk
menggunakan corong Buchner disertai alat penghisap sehingga larutan yang telah
dipanaskan lebih dulu kembali mengkristal
2. Perbedaan berat kertas saring whatman yang digunakan
sehingga mempengaruhi atau menambah bobot Kristal
3. Kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan
penimbangan
5. Penentuan Tititk Leleh
Percobaan
ini menggunakan zat padat urea dan asam sinamat. Berdasarkan percobaan trayek
lelehnya adalah129-130°C untuk urea sedangkan untuk asam sinamat 129-130°C
hasiul ini tidak sesuai dengan teori, menurut teori titik leleh urea dan asam
sinamat berturut adalah 132,5-133°C dan 132-133°C. Hal ini disebabkan karena
kurangnya ketelitian praktikan dalam mengamati suhu pada thermometer.
Untuk
penentuan titik leleh campuran, urea dan asam sinamat dicampur dengan
perbandingan 4:1, 1:4, dan 1:1. Kemudian zat padat campuran tersebut dimasukkan
ke dalam pipa kapiler dengan cara menotolkannya pada zat padat campuran, lalu
dimasukkan ke dalam thile dengan
merekatkannya pada thermometer. Perbandingan 4:1 asam sinamat dan urea
diperoleh titik leleh 108-113°C. Pada perbandingan 1:4 asam sinamat dan urea
diperoleh titik leleh 113-119°C, pada perbandingan 1:1 asam sinamat dan urea
diperoleh titik leleh 100-108°C.
Campuran-campuran
di atas dengan perbandingan yang berbeda-beda, titik lelehnya juga berbeda-beda
jaraknya. Campuran tersebut tidak meleleh dengan tajam karena adanya pengotoran
yang menyebabkan penurunan titik leleh itu mungkin suatu bahan berbentuk resin
yang tidak didentifikasi. Apabila titik leleh campuran sama dengan titik leleh
senyawa baku berarti senyawa yang tidak diketahui itu sama dengan senyawa baku
tersebut. Hal ini berarti cmpuran-campuran tersebut tidak murni karena suhunya
tidak tetap selama meleleh (titik leleh yang tidak tajam).
Pada
penentuan titik leleh zat uknown, yang diberikan oleh asisten zat tersebut
mulai meleleh pada suhu 118°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 122°C. Sehingga
trayek leleh yang dperoleh 1118-122°C.
I.Kesimpulan
Dari
hasil percobaan, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Suhu larutan etanol-air mendidih pada suhu 78C, dan
diperoleh hasil destilat sebanyak 14 ml
2. Rekristalisasi merupakan suatu teknik pemisahan
campuran dan pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali pelarutnya.Nilai
rendemen asam benzoate yang diperoleh sebesar
180%, dan nilai ini iperoleh tidak sesuai dengan teori karena kurangnya
ketelitian praktikan.
3. Titik leleh adalah suu dimana senyawa tersebut mulai
meleleh hingga meleleh seluruhnya. Senyawa murni suhunya hamper teteap selama
meleleh atau disebut titik leleh yang tajam.
J. Saran
Disarankan
kepada praktikan agar lebih menguasai prosedur kerja, agar hasil yang diperoleh
sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010. Http:// id. Wikipedia. Org/ wiki/
Destilasi. Diakses pada tanggal
8 Mei 2010
Anonim.
2010. Http:// id. Wikipedia.Org/ wiki/ Rekristalisasi.
Diakses pada
tanggal 8 Mei 2010
Anonim.
2010. Http:// ansuanfushie. Wordpress. Com/
Teknik Pemurnian/ PEMURNIAN BAAHNBAHAN MELALUI PEMISAHAN//.Diakses pada tanggal 8 Mei 2010.
Goldberg,
david. 2004. Sains Kimia SMP Jilid II.
Jakarta: Erlangga.
Soebagio,dkk.
2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Label: pemurnian, praktikum organic teknik pemurnian, praktikum teknik pemurnian, teknik pemurnian